Rabu, 06 Januari 2016

Keluarga Mahasiswa Katolik Gunadarma

Apa sih KMK Gunadarma??

KMK itu sendiri adalah kepanjangan dari Keluarga Mahasiswa Katolik,sebuah komunitas mahasiswa Katolik di lingkungan kampus, baik di universitas atau fakultas. KMK Gunadarma ada untuk menampung dan memberi bentuk kerinduan mahasiswa Katolik di Kampus kita tercinta Gunadarma, untuk ngumpul, sharing dan menjalin persaudaraan dengan semua sahabat-sahabat dalam Kristus, KMK Gunadarma memiliki moto "Keluarga, Karya, Kasih" ini lah yang menjadi semangat dasar KMK Gunadarma dalam berkomunitas. Keluarga, satu sebagai saudara Disatukan oleh iman dan panggilan yang sama sebagai orangmuda Katolik, akrab dan hangat, satu dalam persaudaraan. Karya, dari persaudaraan menjadi perutusan, berkarya bagi semua bukan hanya untuk kalangan sendiri diberkati untuk mengabdi pada sesama dan kemanusiaan, dan kesemuanya itu diikat dan disatukan oleh hukum yang paling utama yaitu Kasih, rahmat dan cinta Tuhan sendiri, Yesus yang memanggil kita. So? Tunggu apa lagi, yuk yuk kita berkarya dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus, di mana?? di KMK GUNADARMA .

Moto

Keluarga, Karya, Kasih

Keluarga

KMK Gunadarma, komunitas yang berlandaskan kekeluargaan, tercermin dari namanya KMK (KELUARGA Mahasiswa Katholik)Memiliki semangat persaudaraan dan kekeluargaan yang kuat, dipersatukan sebagai pelayan di dalam iman kepercayaan akan Tuhan kita Yesus Kristus. Layaknya sebuah keluarga, KMKGunadarma lebih dari sekedar tempat kumpul dan beria-ria bersama, KMK Gunadarma ada sebagai keluarga yang akan selalu ada baik didalam suka maupun duka, mengingatkan agar kita terjatuh pada sebuah lubang, dan tidak akan meninggalkan kita saat kita sudah terjatuh melainkan mengulurkan tangannya pada kita.

Karya

Matius 5:41 berkata, “Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil” Dari persaudaraan menjadi perutusan, tidak berhenti di mil pertama, bersuka didalam komunitas, KMK Gunadarma memiliki semangat lebih untuk berjalan pada Mil ke-2 yakni membagi kasih Tuhan di kampus, di tempat kita kerja atau dimana pun kita berada. yang penting adalah mengasihi mereka yang terhilang atau yang mundur dan mengajak untuk kembali sama Tuhan. Tugas perutusan akan pelayanan ini diwujudkan dalam sebuah Karya, karya yang menghasilkan dan berbuah bagi semua orang. Melayani bukan sebuah beban melainkan sebuah kehormatan.

Kasih

Seperti yang telah diajarkan Tuhan Yesus, Kasih adalah hukum utama dan paling terutama dari semua hukum, Kasih Tuhan Yesuslah yang menjadi dasar semangat kekeluargaan KMK Gunadarma, menjadi semangat untuk terus berkarya dalam pelayanan akan kasih Tuhan dan sesama. 1 Korintus 13:4-8 13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap .

Meaning Of Symbol


Burung Merpati
Burung merpati adalah simbol perdamaiaan, sifat-sifat merpati yang tulus, penuh kasih, lemah-lembut, tidak membalas, tidak menyakiti, selalu berdamai.

Hosti Kudus
Melambangkan tubuh dan darah Yesus sendiri yang merupakan sumber kehidupan dan santapan rohani dalam hidup ini. seperti ada tertulis :
Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.”

Piala Keselamatan 
Piala keselamatan, pralambang keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus, seperti ada tertulis :
Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. (Luk 22:19-20)

Pita 
Pita merupakan simbol tali kasih yang mempererat seluruh anggota KMK Gunadarma, pita yang bertuliskan moto dari KMK Gunadarma itu sendiri, keluarga karya dan kasih, menjadi landasan dalam berkomunitas.

Warna Biru 
Warna biru merupakan lambang kedamaian, cinta kasih, sama seperti hukum paling utama yang diajarkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus, yakni hukum Kasih.

Sumber : http://www.kmkgunadarma.org/index.html

Misa = Ibadat Umat Katolik

Misa adalah perayaan ekaristi dalam ritus liturgi Barat dari Gereja Katolik Roma, Gereja Ortodoks Ritus Barat, tradisi Anglo-Katolik dalam Gereja Anglikan, dan beberapa Gereja Lutheran. Di negara-negara Baltik dan Skandinavia, ibadah ekaristi Gereja Lutheran juga disebut "Misa".
Istilah Misa berasal dari kata bahasa Latin kuno missa yang secara harafiah berarti pergi berpencar atau diutus. Kata ini dipakai dalam rumusan pengutusan dalam bagian akhir Perayaan Ekaristi yang berbunyi "Ite, missa est" (Pergilah, tugas perutusan telah diberikan) yang dalam Tata Perayaan Ekaristi di Indonesia dipakai rumusan kata-kata "Marilah pergi. Kita diutus."

Perayaan Ekaristi dalam Gereja-Gereja Timur, termasuk Gereja-Gereja Timur yang berada dalam persekutuan penuh dengan Tahta Suci Roma menggunakan istilah lain, misalnya "Liturgi Suci", "Qurbana Kudus", dan "Badarak". Denominasi Barat yang tidak berada dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik Roma, seperti Kekristenan Calvinis, biasanya lebih suka menggunakan istilah lain (umumnya: Kebaktian).
Menurut Lima Perintah Gereja umat Katolik diwajibkan mengikuti misa pada hari Minggu dan hari raya lain yang disetarakan dengan hari Minggu. Di luar hari-hari itu juga diselenggarakan misa - yang oleh umat Katolik biasa dinamakan misa harian - namun umat Katolik tidak diwajibkan untuk ikut serta.
Pelaksanaan Misa diatur berdasar Tata Perayaan Ekaristi (TPE). TPE Baru untuk Gereja Katolik di Indonesia diberlakukan (dipromulgasikan) sejak Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus pada tahun 2005, pada hari Minggu 29 Mei 2005. TPE sebelumnya -- yang digunakan sejak tahun 1977 -- merupakan edisi percobaan. Dalam TPE Baru Doa Syukur Agung dan doa presidensial lain didoakan oleh Imam dan umat mengikutinya dalam batin (untuk menekankan kekhusyukan dan kesadaran akan Tuhan yang hadir di tengah-tengah mereka), seperti yang dilakukan oleh Gereja Katolik di tempat lain.

Tata Perayaan Ekaristi

Pembukaan

  1. Perarakan Pastor/Imam Selebran dan pelayan lainnya menuju altar diiringi lagu pembukaan atau antifon pembukaan, pada hari raya dilakukan pendupaan.
  2. Tanda salib
  3. Salam pembukaan dan Pengantar
    • Perayaan ekaristi diawali dengan salam "Tuhan sertamu" (Dominus vobiscum) dan dijawab umat dengan "Dan sertamu juga" (Et cum spiritu tuo). Rumusan lainnya juga dipergunakan pada hari raya, ataupun pada misa biasa.
    • Pengantar digunakan untuk mengarahkan umat pada inti dan misteri perayaan.
  4. Pernyataan Tobat dan pernyataan Tuhan Kasihanilah Kami
    • Dapat menggunakan rumusan umum Pernyataan Tobat dilanjutkan dengan Tuhan Kasihanilah Kami
    • Dapat juga menggunakan rumusan pujian kepada Yesus dan memohon belas kasih-Nya yang dipadukan dengan Tuhan Kasihanilah Kami
    • Dapat juga menggunakan pemercikan air suci sebagai peringatan akan pembaptisan
    • Diakhiri dengan seruan absolusi "Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita, dan mengantar kita ke hidup yang kekal" yang dijawab umat dengan "Amin" (Catatan: absolusi yang diucapkan imam pada bagian ini bukanlah pengampunan dosa sakramental, berbeda dengan absolusi yang diterima pada waktu penerimaan Sakramen Tobat. Umat yang sadar akan perlunya mengaku dosa (baca:sadar akan dosa berat), tetap tidak bisa mengandalkan absolusi ini untuk pengampunan dosanya.)
  5. Madah Kemuliaan
    • Kemuliaan hanya diucapkan/dinyanyikan pada hari Minggu dan hari raya yang disetarakan dengan hari Minggu, di luar masa Prapaskah dan Adven
  6. Doa Pembuka

Liturgi Sabda

  • Pada hari Minggu atau Hari Raya, dibacakan tiga bacaan dari kitab suci. Bacaan untuk Misa Hari Minggu pada Masa Biasa (di luar Adven, Natal, Prapaskah, dan Paskah) mengikuti siklus tiga tahunan, yaitu tahun A (bacaan Injil dari Injil Matius), B (bacaan Injil dari Injil Markus), dan C (bacaan Injil dari Injil Lukas). Ketiga Injil ini disebut dengan Injil Sinoptik. Pada hari biasa, dibacakan dua bacaan saja.
  1. Bacaan Pertama
  2. Mazmur Antar Bacaan
    • Pemazmur mendaraskan refren dan ayat-ayat Mazmur dan umat mengulang bagian refren
  3. Bacaan Kedua, dari Perjanjian Baru selain Injil atau Wahyu Yohanes
    • Pada akhir bacaan, Lektor menutup dengan rumusan "Demikianlah sabda Tuhan" dan umat menjawab dengan "Syukur kepada Allah"
  4. Bait pengantar Injil/Alleluya
  5. Bacaan Injil
    • Bacaan Injil diambil dari ketiga Injil Sinoptik berdasarkan tiga Tahun Liturgi diselingi dengan Injil Yohanes
    • Injil hanya dibacakan oleh imam atau diakon tertahbis, tidak oleh umat biasa.
    • Bila Injil dibacakan oleh diakon, ia akan meminta berkat terlebih dahulu pada pastor/imam. Bila Injil dibacakan oleh imam sementara misa dipimpin oleh uskup, maka imam juga akan meminta berkat kepada uskup
    • Bacaan diawali dengan salam "Tuhan sertamu" (Dominus vobiscum) dan dijawab umat dengan "Dan sertamu juga" (Et cum spiritu tuo)
    • Salam dilanjutkan dengan "Inilah Injil Yesus Kristus menurut (Matius/Markus/Lukas/Yohanes)" dan umat menjawab dengan "dimuliakanlah Tuhan" sambil membuat tanda salib pada dahi, mulut dan dada. Pada hari raya, Injil didupai.
    • Seusai pembacaan Injil, dinyatakan Aklamasi Injil dengan ucapan "Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan, dan tekun melaksanakannya" dan umat menjawab dengan "Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami."
    • Dalam perayaan meriah, kalau dianggap baik, Uskup memberkati Umat dengan Evangeliarium (buku Bacaan Injil).
  6. Homili
  7. Syahadat atau Kredo
  8. Doa Umat
    • Ujud-ujud doa dibawakan oleh diakon atau lektor lalu pembaca doa umat tersebut mengakhiri setiap doanya dengan mengucapkan "Marilah kita mohon" umat menjawab "Kabulkanlah doa kami ya Tuhan atau Tuhan, dengarkanlah umat-Mu."
    • Dalam perayaan meriah, seluruh Doa Umat dan aklamasinya dapat dinyanyikan.

Liturgi Ekaristi

  1. Persiapan Persembahan
    • Diawali dengan kolekte yang lazimnya hanya diadakan pada Hari Minggu.
    • Wakil-wakil umat menghantar bahan-bahan persembahan: roti dan anggur yang akan dikuduskan, dan persembahan lain untuk keperluan Gereja
    • Dalam misa sederhana, roti dan anggur dapat sudah berada di bagian lain dari altar
    • Roti hosti terbuat dari gandum tanpa ragi, diletakkan dalam piala, diletakkan di atas patena dan ditutup dengan korporal
    • Anggur, dipersembahkan dalam ampul terpisah dengan air
  2. Penghunjukkan Persembahan
    • Selebran mengatur susunan piala dan patena di atas korporal, kemudian mencampurkan beberapa tetes air ke dalam anggur dalam piala
    • Selebran menghunjukkan hosti sambil mengucapkan rumusan "Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah semesta alam, sebab dari kemurahan-Mu kami menerima roti yang kami siapkan ini. Inilah hasil dari bumi dan dari usaha manusia yang bagi kami akan menjadi roti kehidupan" dan umat menjawab "Terpujilah Allah selama-lamanya"
    • Kemudian selebran mengangkat piala berisi campuran air dan anggur sambil mengucapkan rumusan "Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah semesta alam, sebab dari kemurahan-Mu kami menerima anggur yang kami siapkan ini. Inilah hasil dari pohon anggur dan dari usaha manusia yang bagi kami akan menjadi minuman rohani" dan umat menjawab "Terpujilah Allah selama-lamanya"
    • Pada misa hari raya selebran mendupai persembahan dan altar. Misdinar lalu mendupai selebran dan umat lainnya.
  3. Doa Persiapan Persembahan
    • Selebran mengucapkan doa persembahan dengan ajakan "Berdoalah, saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa" dan umat menjawab dengan "Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus"
  4. Prefasi
    • Prefasi diawali dengan salam "Tuhan sertamu" (Dominus vobiscum) dan dijawab umat dengan "Dan sertamu juga" (Et cum spiritu tuo) dan dilanjutkan dengan dialog "Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan" yang dijawab dengan "Sudah kami arahkan" dan "Marilah bersyukur kepada Allah Tuhan kita" yang dijawab dengan "Sudah layak dan sepantasnya"
    • Prefasi selanjutnya dinyanyikan/didoakan oleh selebran dan disambung dengan syair aklamasi Kudus dengan rumusan "Kami melambungkan madah kemuliaan dengan tak henti-hentinya bernyanyi/berdoa"
  5. Kudus
    • Kudus atau Sanctus dapat diucapkan atau dinyanyikan
  6. Doa Syukur Agung
    • Doa Syukur Agung diucapkan (atau dinyanyikan) oleh selebran saja.
    • Bagian pertama Doa Syukur Agung berisi doa permohonan agar Roh Kudus menguduskan roti dan anggur
    • Bagian terpenting dalam Doa Syukur Agung adalah kisah institusi dan konsekrasi, yaitu perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus secara transsubstansial.
    • Kisah Institusi mengutip ucapan Yesus pada Perjamuan Terakhir yaitu "Terimalah dan makanlah. Inilah TubuhKu yang diserahkan bagimu" dan "Terimalah dan minumlah. Inilah piala darahKu, darah perjanjian baru dan kekal yang ditumpahkan bagimu dan semua orang demi pengampunan kekal. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku." Kalimat "lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku" -lah yang menjadi dasar terselenggaranya Perayaan Ekaristi
    • Seusai konsekrasi diucapkan/dinyanyikan aklamasi anamnesis, menyatakan tiga misteri iman Kristen: kematian Kristus, kebangkitan Kristus dan kedatanganNya kembali.
    • Seusai anamnesis, doa syukur agung dilanjutkan dengan doa dengan ujud khusus: bagi arwah para santo dan santa maupun umat biasa, doa bagi Paus dan uskup setempat
  7. Doksologi
    • Doa Syukur Agung ditutup dengan doksologi dengan selebran mengangkat piala dan hosti sambil mengucapkan "Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu, Allah Bapa yang mahakuasa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa" dan umat berkata "Amin". Jikalau Doa Syukur Agung ini dinyanyikan, maka "Amin" dinyanyikan. (TPE 2005)

Komuni

  1. Doa Bapa Kami
    • Doa Bapa Kami dapat diucapkan atau dinyanyikan
    • Selebran dapat menambahkan embolisme pada akhir Doa Bapa Kami dengan ucapan "Ya Bapa bebaskanlah kami dari segala yang jahat dan berilah kami damai-Mu. Kasihanilah dan bantulah kami, supaya kami dapat hidup dengan rukun, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram, sambil mengharapkan kedatangan penyelamat kami Yesus Kristus" dan umat menjawabnya dengan "Sebab Engkaulah Raja, yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya. Amin"
  2. Doa Damai
    • Selebran mendoakan doa mohon damai diakhiri dengan kata-kata "Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa" Umat menjawab: Amin. Kemudian mengucapkan "Damai Tuhan bersamamu" atau "Damai Tuhan besertamu" yang dijawab dengan "Dan bersama rohmu" atau "Dan sertamu juga" dan dapat diikuti dengan ungkapan, misalnya dengan memberikan salam damai, menjabat tangan orang-orang yang ada di sekitar, atau ungkapan lain yang sesuai
  3. Pemecahan Hosti Kudus
    • Pemecahan Hosti Kudus diiringi seruan lagu Anak Domba Allah atau Agnus Dei. kata 'Hosti' berasal dari bahasa latin Hostia yang artinya Kurban.
  4. Komuni
    • Komuni diawali dengan selebran mengangkat tinggi hosti dan piala anggur yang telah dikonsekrasikan sambil mengucapkan "Inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuannya" dan umat menjawab "Ya Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang pada saya, tapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh", kemudian Imam berkata "Tubuh dan Darah Kristus", dan ditanggapi oleh umat dengan berkata "Amin".
    • Selanjutnya selebran menerima komuninya, kemudian memberikannya pada pelayan petugas pembagi komuni, kemudian kepada para petugas altar dan misdinar dan kemudian kepada umat lainnya.
    • Umat dapat menerima komuni dalam satu rupa atau dua rupa dalam kesempatan khusus. Ajaran iman Gereja Katolik mengajarkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara satu rupa maupun dua rupa. Dalam Tubuh Kristus terdapat pula Darah Kristus.
    • Pembagi komuni akan mengucapkan "Tubuh Kristus" (Corpus Christi) dan penerima komuni menjawab "Amin" (Amen) dengan sikap hormat.

Penutup

  1. Antifon Komuni
  2. Doa Sesudah Komuni
    • Sesudah doa sesudah komuni pengumuman dapat dibacakan, ataupun pengumuman dapat dibacakan sebelum doa sesudah komuni, tergantung kebiasaan imam yang memimpin misa tersebut.
  3. Berkat dan pengutusan
    • Berkat diawali dengan salam "Tuhan bersamamu" atau "Tuhan sertamu" (Dominus vobiscum) dan dijawab umat dengan "Dan bersama rohmu" atau "Dan sertamu juga" (Et cum spiritu tuo)
    • Ada pula bentuk berkat meriah dengan tiga ayat permohonan berkat bagi umat yang masing-masing dijawab dengan "Amin"
    • Ada bentuk berkat sederhana dengan selebran merentangkan tangan ke arah umat dan memberkati dengan tanda salib dengan seruan "Semoga Saudara sekalian diberkati oleh Allah yang mahakuasa: Bapa, Putra dan Roh Kudus" sementara umat membuat tanda salib dan menjawab "Amin"
    • Kemudian Imam mengatakan "Saudara sekalian, Perayaan Ekaristi sudah selesai", lalu umat berkata "Syukur kepada Allah".
    • Bentuk pengutusan adalah kalimat "Marilah pergi! Kita diutus.", yang dijawab umat dengan "Amin". Inilah perutusan Ekaristis yang berarti kesediaan untuk membagikan hidup kepada sesama. Bukan karena umat baik atau ingin baik, melainkan karena umat telah lebih dahulu diberi Hidup Allah yang telah dibagikan melalui Perayaan Ekaristi yang telah dirayakan.
  4. Perarakan keluar
    • Seluruh umat memberi hormat kepada altar. Imam dan para pelayan meninggalkan altar, dan diarak dengan diringi nyanyian atau lagu ataupun secara instrumental.


Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Misa

Orang Muda Katolik

Orang Muda Katolik (OMK) adalah komunitas wadah kreativitas, pengembangan, pengaderan generasi muda di lingkungan stasi atau paroki gereja Katolik Roma. OMK berada di bawah naungan Komisi Kepemudaan yang merupakan perangkat Gereja dengan tugas khusus memberi perhatian pada pembinaan dan pendampingan kaum muda. Nama OMK, sebelumnya bernama Mudika (Muda-mudi Katolik).

Sejarah
Sebelum dipakai istilah ini, dipergunakan nama Seksi Muda-mudi, atau Seksi Kepemudaan Paroki (SKP). Istilah Mudika muncul sekitar tahun 1974 dan pertama kali dipakai di Keuskupan Bogor untuk menamai gerakan Katolik muda yang berbasis teritori Gereja. Istilah ini menjadi umum dan dipakai di seluruh Indonesia. Sejak munculnya UU Keormasan No. 5 tahun 1985, peran Mudika menguat menggantikan peran Pemuda Katolik sebelumnya. Pada tahun 2004 Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Jakarta memunculkan istilah baru, OMK, Orang Muda Katolik. Nama ini kemudian meluas dan diteguhkan dalam Pertemuan Nasional (PERNAS) OMK 2005 menjadi pengganti Mudika. Namun sampai dengan saat ini, kedua istilah masih dipakai bergantian, sesuai dengan pilihan masing-masing komunitas Katolik muda itu sendiri. Anggota OMK adalah setiap kaum muda Katolik yang tinggal di wilayah tertentu yang berusia mulai dari 13-35 tahun.

Kelompok usia OMK
  • Kelompok usia remaja (13 - 15 tahun)
  • Kelompok usia taruna (16 - 19 tahun)
  • Kelompok usia madya (20 - 24 tahun)
  • Kelompok usia karya (25 - 35 tahun)


  • Jenis kegiatan
  • Pelayanan altar
  • Pelayanan sekolah minggu
  • Pelatihan
  • Penelusuran minat dan bakat
  • Rekoleksi
  • Bakti sosial
  • Kompetisi
  • Pertemuan antar-OMK, daerah dan nasional


  • Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Muda_Katolik

    Katolik

    Kata Katolik berasal dari kata sifat bahasa Yunani, καθολικός (katholikos), artinya "universal". Dalam konteks eklesiologi Kristen, kata Katolik memiliki sejarah yang kaya sekaligus beberapa makna. Bagi sebagian pihak, istilah "Gereja Katolik" bermakna Gereja yang berada dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma, terdiri atas Ritus Latin dan 22 Gereja Katolik Timur; makna inilah yang umum dipahami di banyak negara. Bagi umat Protestan, "Gereja Katolik" atau yang sering diterjemahkan menjadi "Gereja Am" bermakna segenap orang yang percaya kepada Yesus Kristus di seluruh dunia dan sepanjang masa, tanpa memandang "denominasi". Umat Gereja Ortodoks Timur, Gereja Anglikan, Gereja Lutheran dan beberapa Gereja Metodis percaya bahwa Gereja-Gereja mereka adalah katolik, dalam arti merupakan kesinambungan dari Gereja universal mula-mula yang didirikan oleh para rasul. Baik Gereja Katolik Roma maupun Gereja Ortodoks percaya bahwa Gerejanya masing-masing adalah satu-satunya Gereja yang asli dan universal. Dalam "Kekristenan Katolik" (Termasuk Komuni Anglikan), para uskup dipandang sebagai pejabat tertinggi dalam agama Kristen, sebagai gembala-gembala keesaan dalam persekutuan dengan segenap Gereja dan dalam persekutuan satu sama lain. Katolik dianggap sebagai salah satu dari Empat Ciri Gereja. Ketiga ciri lainnya adalah Satu, Kudus, dan Apostolik, sesuai Kredo Nicea tahun 381: "Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik."

    Riwayat penggunaan kata "katolik" dalam Gereja

    Ignatius dari Antiokhia

    Sepucuk surat yang ditulis oleh Ignatius kepada umat Kristiani di Smyrna sekitar tahun 106 adalah bukti tertua yang masih ada mengenai penggunaan istilah Gereja Katolik (Surat kepada jemaat di Smyrna, 8). Gereja Katolik digunakan Ignatius untuk menyebut Gereja universal dalam persekutuan dengan Uskup Roma (Sri Paus). Kaum bidaah tertentu pada masa itu, yang menyangkal bahwa Yesus adalah insan jasmaniah yang benar-benar menderita sengsara dan wafat, dan justru berkata bahwa "dia hanya tampak seolah-olah menderita sengsara" (Surat kepada jemaat di Smyrna, 2), bukanlah umat Kristiani sejati dalam pandangan Ignatius. Istilah Gereja Katolik juga digunakan dalam Kemartiran Polikarpus pada 155, dan dalam Canon Muratorianus, sekitar 177.

    St. Kiril dari Yerusalem

    St. Kyril dari Yerusalem (sekitar 315-386) mengimbau orang-orang yang sedang menerima bimbingan iman Kristiani darinya demikian: "Jika kalian berada di dalam kota-kota, jangan hanya bertanya di manakah Rumah Tuhan (karena sekte-sekte profan lainnya juga berusaha menyebut tempat-tempat mereka sendiri Rumah-Rumah Tuhan), jangan juga hanya bertanya di manakah Gereja, tetapi bertanyalah di manakah Gereja Katolik. Karena inilah nama khusus dari Gereja yang Kudus ini, bunda kita semua, yang adalah mempelai dari Tuhan kita Yesus Kristus, Putera Tunggal Allah" (Materi-materi Katekisasi, XVIII, 26).

    Theodosius I

    Istilah Kristen Katolik termuat dalam undang-undang kekaisaran Romawi tatkala Theodosius I, Kaisar Romawi dari 379 sampai 395, mengkhususkan nama tersebut bagi para penganut "agama yang diajarkan kepada orang-orang Romawi oleh Rasul Petrus yang suci, karena agama itu telah terpelihara berkat tradisi yang kuat dan yang kini dianut oleh Pontif (Paus) Damasus dan oleh Petrus, Uskup Aleksandria ...sedangkan bagi orang-orang lain, karena menurut penilaian kami mereka adalah orang-orang gila yang bodoh, kami nyatakan bahwa mereka harus ditandai dengan sebutan nista sebagai kaum bidaah, dan tidak boleh menyebut tempat-tempat pertemuan mereka sebagai gereja-gereja." Undang-undang 27 Februari 380 ini termaktub dalam kitab 16 dari Codex Theodosianus. Undang-undang ini mengukuhkan Kristianitas Katolik sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi.

    Augustinus dari Hippo

    Penggunaan istilah Katolik untuk membedakan Gereja "sejati" dari kelompok-kelompok bidaah juga dilakukan oleh Augustinus yang menulis demikian:
    "Dalam Gereja Katolik, ada banyak hal lain yang layak membuat saya tetap berada dalam rahimnya. Kesepahaman orang-orang dan bangsa-bangsa membuat saya bertahan dalam Gereja; begitu pula otoritasnya, dikukuhkan oleh mukjizat-mukjizat, disuburkan oleh pengharapan, diperbesar oleh kasih, dan diperkokoh oleh usia. Suksesi para imam membuat saya bertahan, mulai dari tahta Rasul Petrus sendiri, yang kepadanya Tuhan, sesudah kebangkitanNya, memberi tugas untuk menggembalakan domba-dombaNya (Jn 21:15-19), turun sampai para uskup yang ada sekarang.
    "Dan begitulah, akhirnya, dengan nama Katolik, yang, bukan tanpa alasan, di tengah-tengah begitu banyak bidaah, telah dipertahankan Gereja; sehingga, sekalipun semua kaum bidaah ingin disebut umat Katolik, namun bilamana ada orang asing yang bertanya di manakah Gereja katolik berhimpun, tidak satupun bidaah yang sanggup menunjuk kapel atau rumahnya sendiri.
    "Sebanyak itulah jumlah dan makna ikatan-ikatan mulia yang dimiliki nama Kristiani itu yang menahan seorang beriman agar tetap dalam Gereja Katolik, sebagaimana yang seharusnya ... Dengan kamu, di mana tak ada satu pun hal-hal ini untuk memikat atau menahan saya... Tak seorangpun dapat melepaskan saya dari iman yang mengikat pikiran saya dengan ikatan-ikatan yang begitu banyak dan begitu kuat pada agama Kristiani... Di pihak saya, saya tidak percaya akan injil kecuali digerakkan oleh otoritas Gereja Katolik."
    — St. Augustinus (354–430): Melawan Epistola kaum Manikeus yang disebut Fundamental, bab 4: Bukti-bukti iman Katolik.
    Awalnya, jemaat Kristen berada di bawah kepemimpinan besar lima daerah, yaitu Yerusalem, Antiokia, Aleksandria, Konstantinopel, dan Roma. Uskup Roma dikenal oleh 5 daerah sebagai "yang pertama", permasalahan dengan doktrin dan prosedur banyak mengambil Roma sebagai masukan pendapat. Kursi Roma merupakan kursi dari suksesor Santo Petrus yang mendapat julukan "Pangeran Para Rasul" sebagai tanda persatuan Gereja.
    Perpecahan-perpecahan besar dalam struktur Gereja sebagai lembaga tercatat sebagai berikut:

    Sejarah singkat gereja Katolik Roma

    Seluruh grup di atas kecuali Protestan masih menyebut persekutuan mereka sebagai Katolik. Dewasa ini, semakin banyak Gereja-Gereja Timur yang kembali ke dalam persekutuan penuh dengan Roma, namun dengan tetap mempertahankan tata cara beribadah mereka. Kelompok ini dikenal dengan sebutan Gereja Katolik Ritus Timur atau Gereja Katolik Timur.

    Secara umum, sebutan Gereja Katolik merujuk pada Gereja Katolik Roma. Kata Roma diatributkan pada Gereja ini karena Gereja Katolik mengimani Paus yang berkedudukan di kota Roma, Italia sebagai kepala gereja yang kelihatan, wakil Yesus Kristus di bumi, yang merupakan kepala utama gereja yang tak kelihatan. Paus adalah penerus Petrus turun temurun yang tidak terputuskan. Menurut tradisi gereja, Petrus menjadi uskup Roma dan menjadi martir di sana. Gereja Katolik dengan penambahan kata Roma sendiri sebenarnya tidak pernah menjadi nama resmi yang digunakan oleh Gereja Katolik.

    Sakramen

    Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus menginstitusikan tujuh sakramen, tidak lebih dan tidak kurang, baik menurut Kitab Suci maupun Tradisi Suci dan sejarah Gereja. Adapun sakramen yang diakui oleh Gereja Katolik Roma sebagai berikut:
    Dalam ajaran Katolik, sakramen adalah berkat penyelamatan khusus yang oleh Yesus Kristus diwariskan kepada gereja. Santo Agustinus menyebut sakramen sebagai "tanda kelihatan dari rahmat Allah yang tidak kelihatan".

    Penyebaran agama Katolik sudah dimulai sejak kedatangan Portugis di Indonesia yang dilakukan oleh beberapa misionaris pada abad ke-16 dan abad ke-17 di bagian timur seperti di Maluku dan Flores, NTT. Agama katolik baru memasuki tanah Jawa pada masa pemerintahan Herman Willem Daendels di Batavia awal abad-19 dengan didirikan gereja pertama di sana pada tahun 1807 dan disertai dengan diakuinya oleh Vatikan. Pada tahun 2010, 6.907.873 orang (2.9%) dari total penduduk Indonesia sebanyak 237.641.326 orang, beragama Katolik


    Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Katolik

    Gereja

    Gereja (bahasa Portugis: igreja dan bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia)) adalah suatu kata bahasa Indonesia yang berarti suatu perkumpulan atau lembaga dari penganut Kristiani. Istilah Yunani ἐκκλησία, yang muncul dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen biasanya diterjemahkan sebagai "jemaat". Istilah ini muncul dalam 2 ayat dari Injil Matius, 24 ayat dari Kisah Para Rasul, 58 ayat dari surat Rasul Paulus, 2 ayat dari Surat kepada Orang Ibrani, 1 ayat dari Surat Yakobus, 3 ayat dari Surat Yohanes yang Ketiga, dan 19 ayat dari Kitab Wahyu.

    Gereja berasal dari bahasa Portugis: igreja, yang berasal dari bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar; klesia dari kata kaleo= memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia memiliki beberapa arti:
    1. Arti pertama ialah 'umat', atau lebih tepat, 'persekutuan' orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung.
    2. Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun tempat rekreasi.
    3. Arti ketiga ialah mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen. Gereja Katolik, Gereja Protestan, dan lain-lain.
    4. Arti keempat ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen. Contoh kalimat “Gereja menentang perang Irak”.
    5. Arti terakhir dan juga arti umum adalah sebuah “rumah ibadah” umat Kristen, di mana umat bisa berdoa atau bersembahyang.
    Gereja (untuk arti yang pertama) terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus pada hari raya Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan Allah diberikan kepada semua yang percaya pada Yesus Kristus.

    Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja

    TAULADANKU


    TAULADANKU



    Jika duniaku yang dulu kosong,

    Tak pernah terukir,

    Mungkin hanya ada warna hitam dan putih,

    Tak bisa membedakan warna,

    Tak bisa apa – apa,

    Tak bisa kemana – mana.

    Sekarang duniaku penuh warna,

    Dengan goresan yang membentuk lukisan,

    Yang dulu hanya mimpi,

    Kini terlihat jelas didepan mataku,

    Yang dulu hanya isu,

    Sekarang terdengar jelas di telingaku.

    Tentang mana warna yang indah,

    Tentang goresan – goresan kecil,

    Tentang kata yang harus didengar,

    Tentang engkau yang selalu ada untukku,

    Semua hanya demi diriku,

    Kau korbankan hidupmu,

    Waktumu habis,

    Untuk masa depan indahku,

    Ibundaku.





    *Bartholomeus Setyadewa*

    GURUKU


    GURUKU



    Peluhmu saat engkau langkahkan kakimu,

    Tak pernah kau hiraukan,

    Demi untuk menemani kami anakmu,

    Menerangi kami dalam kegelapan,

    Yang haus akan ilmu dan tauladanmu.

    Kau  begitu mulia,

    Kasihmu sungguh tak terduga,

    Amarahmu yang mengingatkanku,

    Akan dunia yang baru,

    Perintahmu yang menguatkanku,

    Mengajariku sedikit peluh,

    Demi membayar setiap pilu,

    Walau aku tau kau akan terlupakan,

    Namun dirimu tak akan pernah tergantikan.





    *Bartholomeus Setyadewa*